Sejak zaman dahulu pengaruh-pengaruh penutupan hutan (forest cover) terhadap fenomena iklim dan air benar-benar dihargai oleh orang kuno sebagaimana juga kini diakui oleh orang-orang awam. Diantaranya bahwa hutan memberi naungan, memperlunak ekstrim-ekstrim suhu, mengurangi serbuan angin, debu, suara, hutan juga mengintersepsi fraksi-fraksi hujan dan salju, mengurangi limpasan permukaan, meningkatkan kelembaban nisbi dan menghambat salju yang meleleh, erosi tanah dan pengeringan permukaan. Dari semua pengaruh hutan yang langsung, pengaruh terhadap pasokan air ke dalam sungai-sungai dan terhadap keteraturan alirannya adalah yang terpenting. Oleh karena itu lingkungan hutan seringkali dikarakteristikkan sebagai fenomena yang menyenangkan, damai, indah dan sehat.
Banyak konsep-konsep ini berawal dari intuisi atau berasal dari legenda, namun masih tersirat dalam kebijakan-kebijakan pemerintah dan kegiatan-kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan maupun dalam pengelolaan sumberdaya air. Banyak dari penjelasan-penjelasan terdahulu tentang pengaruh hutan terhadap fenomena hidrologi tidak dapat bertahan terhadap pemeriksaan oleh penelitian ilmiah moderntetapi tetap bertahan sebagai semacam “pengetahuan umum” yang mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah. Kesalahan-kesalahn konsepsi yang paling bertahan adalah bahwa hutan-hutan meningkatkan presipitasi local, mengurangi dampak tetesan-tetesan hujan di bawah tajuk, mencegah banjir yang membawa bencana dan melestarikan air untuk aliran sungai selama periode-periode kekeringan, dengan kata lain penebangan hutan menurut dugaan akan menurunkan presipitasi kotor dan menyebabkan pengeringan mata air dan sungai-sungai. Para pakar sering keliru bahwa tinggi muka air rata-rata dalam sungai tergantung pada luasan penutupan hutan pada daerah aliran sungai dan bahwa hutan cenderung untuk menyamakan aliran di sepanjang tahun dengan menaikkan muka air yang rendah. Dan juga banyak orang mengira bahwa lahan berhutan, karena ia berhutan menghasilkan aliran rata-rata yang lebih besar; kenyataannya adalah bahwa hutan menggunakan air secara boros dan lahan berhutan hampir selalu menghasilkan volume aliran yang kurang dibandingkan lahan dengan tipe-tipe penutupan lainnya (Zon, 1927 dalam Lee, 1988).
Anggapan bahwa hutan mempengaruhi presipitasi kotor telah bertahan selama berabad-abad. Presipitasi adalah istilah umum untuk produk-produk kondensasi atmosfer yang mencapai permukaan, misalnya hujan, salju, hujan batu es, lapisan es dan virga (juga merupakan bagian dari presipitasi yaitu presipitasi yang mengalami penguapan ketika jatuh) serta presipitasi yang gaib dan presipitasi yang ditangguhkan. Sementara air yang dapat dipresipitasikan adalah massa total uap air di atmosfer (Lee,1988). Kondensasi pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi di atmosfer dan berkembangnya tetes-tetes air atau kristal-kristal es menjadi ukuran yang dapat dipresipitasikan. Proses-proses ini terutama berlangsung bila massa-massa udara yang basah dipaksa ke atas. Keragaman waktu dan ruang dari presipitasi merupakan parameter-parameter hidrologi dasar yang dapat digambarkan untuk maksud-maksud yang umum dengan menggunakan rata-rata klimatologi, ekstrim-ekstrim dan distribusi frekuensi yang bervariasi dengan lokasi, topografi dan sifat-sifat massa udara yang berkaitan. Lingkungan dalam hutan dikenal sebagai suatu tempat dengan kelembaban nisbi yang tinggi dan ini menunjukkan suatu peluang yang lebih besar untuk presipitasi.
Hutan dianggap meningkatkan frekuensi presipitasi lokal di dalam kawasan hutan, dibandingkan dengan dengan presipitasi dalam kawasan-kawasan di dekatnya yang tidak berhutan. Kenyataan sebenarnya adalah bahwa tegakan hutan menikmati presipitasi total yang lebih besar dibandingkan dengan kawasan yang lain yang tidak berhutan karena penakar-penakar terlindung dari arus udara yang dapat mengurangi tangkapan. Namun kepalsuan tentang presipitasi dan kelembaban ini masih bertahan dalam berbagai bentuk bahkan sampai sekarang. Kondisi alami yang secara kebetulan, mengenai penutupan hutan dan presipitasi yang lebih tinggi rupanya menyebabkan, atau setidak-tidaknya memperkuat dugaan bahwa hutan meningkatkan atau menarik hujan dan bentuk-bentuk presipitasi lainnya.
Pendistribusian presipitasi diatas tanah tidaklah didistribusikan secara merata pada suatu lokasi bahkan pada beberapa meter persegi dari luasan permukaan, karena jatuhnya tetesan hujan dan kepingan salju disebarkan oleh gerakan udara turbulen yang timbul sebagai akibat kekasaran permukaan dan gangguan fisik dalam medan angin. Fenomena alam lainnya adalah bahwa bila kabut bergerak horizontal ke dalam suatu tajuk kawasan bervegetasi hutan, tetes kabut diletakkan berhubungan dengan dedaunan. Pada daerah pantai dan pengunungan akumulasi total tetes-tetes dapat menambah jumlah air yang sampai ke permukaan tanah. Fenomena inilah yang sering disebut dengan istilah presipitasi gaib. Dukungan hutan sebagai suatu faktor penyebab biasanya membawa kepada kesimpulan bahwa penebangan hutan akan mengurangi presipitasi, atau bahwa dengan penghijauan akan meningkatkan presipitasi. Presipitasi pada kawasan-kawasan yang berhutan hampir seluruhnya disebabkan oleh faktor-faktor fisik yang tidak berhubungan dengan keberadaan penutupan hutan, namun hutan mempengaruhi proses pengukuran dan distribusi hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar